Abstract
Bioetanol merupakan andalan untuk mengurangi penggunaan BBM non diesel untuk transportasi. Penelitian untuk mencari bahan baku dan proses yang ekonomis serta ramah lingkungan menjadi kegiatan riset di berbagai Negara, terutama sejak terjadinya krisis BBM akibat peningkatan konsumsi BBM diseluruh dunia diawal tahun 1970an.Berdasarkan bahan baku yang dipakai, bioetanol dikelompokkan menjadi bioetanol generasi pertama yang dibuat dari gula, atau pati, dan generasi kedua adalah yang dibuat dari lignoselulosa, disebut sebagai Etanol Selulosa. Generasi ketiga dibuat dari alga disebut sebagai Etanol Alga, dan generasi keempat dibuat dari bahan hasil modifikasi genetika atau bahan lainnya, disebut sebagai Advanced Bioethanol dalam kelompok Advanced Biofuels.Indonesia, sebagai Negara beriklim tropis, memiliki berbagai tanaman penghasil pati, lignoselulosa, alga dan berbagai limbah organik untuk pembuatan bioetanol.Industri bioetanol di Indonesia masih memanfaatkan komoditi pangan seperti ubi kayu dan molase tebu sebagai bahan baku, sedangkan lembaga litbang dan perguruan tinggi sudah melakukan penelitian membuat bioetanol generasi kedua maupun ketiga. Pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan penggunaan bioetanol sebagai campuran bahan bakar kendaraan non diesel sampai mencapai 15 % etanol dalam campuran (E-15) pada tahun 2025. Dibanyak Negara, pemanfaatan etanol untuk bahan bakar kendaraan sudah bervariasi dari campuran E-10 sampai dengan E-85.Tinjauan ini mengungkap perkembangan teknologi pada setiap generasi, dan mengindikasikan tantangan yang dihadapi lembaga litbang di dalam negeri dalam mengembangkan teknologi pembuatan bioetanol dari biomasa lokal. Area penelitian yang prospektif dalam bidang ini juga dikemukakan.Kata Kunci : bioetanol, molase tebu, generasi, perkembangan teknologi, tantangan riset. Bioethanol is a potential energy source to reduce gasoline utilization for transportation. Research activities to find out raw material and environmentally and economically process have been conducted in many countries especially after the oil crisis in early 1970s. Based on raw material processed, bioethanol is grouped into first, second, third and fourth generations. The first generation is derived from sugar or starch, the second generation is derived from lignocellulosic biomass, called as cellulosic ethanol. The third generation is produced from algae, called as Ethanol Algae, while the fourth generation is grouped as advanced biofuels.Indonesia, as a tropical country, posseses various kind of starchy plant, lignocellulosic materials, various species of algae, and organic wastes for ethanol production. Local bioethanol industries utilize food materials such as cassava and sugarcane molasse as feedstock, while universities and R&D institutions have conducted researches to produce the second or the third generations bioethanol. The government of Indonesia has planned to increase utilization of bioethanol in bioethanol-gasoline mixture for transportation up to 15 % (E-15) by 2025. In many countries, utilization of bioethanol for transportation vary in a range from E10 to E 85.This review shows technology development at each generations, and indicates challenges for local R&D institutions in order to develop technology for bioethanol production utilizing local biomass. Prospectives research areas in the field are also highlighted.Keywords :bioethanol, sugarcane molasses, generations, technology development, research challenges.
Publisher
Indonesian Institute of Sciences
Cited by
3 articles.
订阅此论文施引文献
订阅此论文施引文献,注册后可以免费订阅5篇论文的施引文献,订阅后可以查看论文全部施引文献