Abstract
Menjadi pengkhotbah yang berhasil di kota Metropolitan dibutuhkan kecakapan budaya. Pengkhotbah harus membangun relasi dan jembatan antara pendengar yang berasal dari berbagai latar belakang agama, tingkat pendidikan, status sosial, dan tentunya suku. Oleh karena itu, dibutuhkan prinsip dan cara berkhotbah interkultural agar masyarakat metropolitan dapat memahami pesan yang hendak disampaikan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan literatur review. Hasil penelitian menunjukkan bahwa homiletik interkulural dapat tercapai apabila sang pengkhotbah memiliki kecakapan komunikasi lintas budaya dengan pertolongan Roh Kudus sebagai Roh yang menembus batas budaya, menyeimbangkan antara isu budaya lokal dengan kontemporer, menggunakan teknologi, mengundang pengkhotbah dari budaya lain, dan tentunya kesadaran untuk mengembangkan misi serta ibadah multikultural.
Publisher
Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu
Reference40 articles.
1. Allen, Ronald J. Preaching for Growth. St. Louis: CBP Press, 1996.
2. Badan Pusat Statistik Indonesia. “Profil Kemiskinan Di Indonesia September 2023.” Berita Resmi Statistik. Vol. 01, 2023.
3. Creswell, John. Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, Dan Evaluasi Riset Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
4. Dwiraharjo, Susanto. “Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online Di Masa Pandemi Covid-19.” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani 4, no. 1 (2020): 1–17.
5. Geerlings, Jolien, Jochem Thijs, and Maykel Verkuyten. “Preaching and Practicing Multicultural Education: Predicting Students’ Outgroup Attitudes from Perceived Teacher Norms and Perceived Teacher–Classmate Relations.” Journal of School Psychology 75, no. July (2019): 89–103. https://doi.org/10.1016/j.jsp.2019.07.003.