Abstract
Perkembangan teknologi dan sistem informasi terus melahirkan berbagai innovasi, khususnya yang berkaitan dengan financial tehnology (fintech) dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk di bidang jasa sistem pembayaran. Indonesi memiliki beberapa pemain utama di fintechnamun transaksi non-tunai lewat fintech hanya 1.66% dari perputaran uang di Indonesia. Menurut Mckinsey penetrasi fintech di Indonesia baru mencapai 5%. Angka tersebut jauh lebih rendah daripada negara lain. Mobile Payment ata disingkat M-Payment adalah cara pembayaran yang menggunakan mobile phone atau ponsel sebagai sarananya. Fintech pembayaran termasuk LinkAja, Go-Pay, OVO, dan DANA memang diharapkan bisa menyasar pengguna di pelosok nusantara. Namun, tak bisa dipungkiri, masih ada penduduk Indonesia yang menggunakan ponsel biasa atau belum terakses internet. Apalagi, berdasarkan data Statista, penguna smartphone diproyeksi baru mencapai 28 % dari total penduduk Indonesia pada tahun ini. Melihat data tersebut dapat kita asumsikan bahwa sebenarnya potensi pasar untuk mobile money di Indonesia cukup besar namun penetrasi pasarnya masih rendah. Berdasarkan latarbelakang tersebut maka dapat dilihat niat adopsi terhadap mobile payment masih sangat rendah .Adapun perilaku-perilaku yang menjadi faktor niat mengadopsi teknologi adalah, performance expectancy, effort expectation, social influence, perceived risk, dan perceived cost. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh performance expectancy, effort expectation, social influence, perceived risk, dan perceived cost terhadap niat menggunakan mobile payment di Indonesia. Penelitian ini dilakukan terhadap 400 responden dengan menggunakan analisis Structural Equation Model (SEM PLS).
Publisher
The Institute for Research and Community Services (LPPM) ITB
Cited by
3 articles.
订阅此论文施引文献
订阅此论文施引文献,注册后可以免费订阅5篇论文的施引文献,订阅后可以查看论文全部施引文献