Affiliation:
1. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Abstract
Kontestasi politik pada Pemilu 2019 lalu memiliki dampak yang cukup mengejutkan. Terlepas dari siapa yang menang, bangsa ini terkesan terbagi menjadi dua kubu, yaitu kubu Jokowi (01) dan kubu Prabowo (02). Polarisasi politik, sosial, dan budaya terjadi pada level elit hingga masyarakat. Potensi perpecahan atau disintegrasi bangsa bisa saja muncul dan menjadi ancaman bagi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai ini jika tidak ada upaya nyata untuk memperbaikinya. Untuk itu, diperlukan sebuah upaya nyata untuk menyelesaikan masalah ini. rekonsiliasi nasional untuk menyatukan kembali insan-insan bangsa yang terlepas tali kebangsaannya. Rekonsiliasi yang terjadi harus bersifat menyeluruh sehingga berdampak positif ke semua lapisan, baik elit, maupun masyarakat, dan dilakukan bersamaan secara top-down, maupun bottom-up. Kemudian, rekonsiliasi pasca Pilpres ini juga harus menumbuhkan semangat kebangsaan dalam konstruksi sosial budaya agar pasca rekonsiliasi setiap elemen bangsa secara otomatis akan bersatu padu untuk mencapai tujuan dan cita-cita nasional. Menyikapi kondisi bangsa yang demikian, tulisan ini ingin membahas tentang bagaimana rekonsiliasi politik sebaiknya dilakukan untuk mempersatukan kembali pihak-pihak yang bertikai pasca Pilpres 2019. Rekonsiliasi yang dilakukan ini pada akhirnya harus dapat menumbuhkan semangat kebangsaan dalam konstruksi sosial budaya.
Publisher
Universitas Bangka Belitung
Subject
Computer Networks and Communications,Hardware and Architecture,Software
Reference18 articles.
1. Aji, P. M., & Indrawan, J. (2019). Cyberpolitics: Perspektif Baru Memahami Politik Era Siber. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
2. Asmal, K, et.al. (1996). Reconciliation Through Truth: A Reckoning of Apartheid’s Criminal Governance. Cape Town: David Philip.
3. Bar-Tal, D. (2009). Reconciliation as a Foundation of Culture of Peace, dalam Joseph de Rivera (ed), Handbook of Building Cultures of Peace. New York: Springer.
4. Berger, P., & Luckmann, T. (1990). Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES.
5. Hayner, P. B. (1999). In Persuit of Justice and Reconciliation: Contribution of Truth Telling. Washington, DC and Stanford, CA: Woodrow Wilson Center Press and Stanford University Press.