Affiliation:
1. Master of Environmental Engineering, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia 50275, Indonesia
2. Magister Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponergoro, Indonesia
Abstract
Kenaikan penduduk setiap tahunnya menjadikan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) semakin padat oleh sampah sehingga diperlukannya pengolah sampah seperti pengomposan. Sampah organik dapat diubah menjadi humus dan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk dengan pengomposan aerobik. Kompos aerob membutuhkan oksigen, porositas, dan kadar air yang berfungsi sebagai alat stabilisasi limbah padat dengan variabel seperti suhu, kelembaban, dan oksigen. Proses pengomposan memiliki beberapa fase yaitu fase dekomposisi, fase pendinginan, dan fase pematangan. Kualitas kompos dipengaruhi oleh pemilihan teknologi, limbah hijau yang digunakan, tingkat kejenuhan pada wadah yang digunakan untuk pengolahan, rasion C/N, pH, kelembaban, dan lama waktu pengomposan. Pembuatan kompos dengan teknik aerob bisa menggunakan macam-macam metode seperti Metode Vermicomposting merubah cacing menjadi kascing, Metode Takakura menggunakan box atau drum berongga, dan Metode Windrow sistem terbuka dengan tumpukan statis. Berdasarkan kajian literatur bahwa pewadahan ketiga metode tersebut dapat digantikan dengan Composting Bag. Composting Bag merupakan wadah kompos yang dapat digunakan untuk proses pembuatan kompos yang sederhana menggunakan teknik aerob. Berbahan dasar UV Resisten dan memiliki tekstur rongga menjadikan Composting Bag mampu bertahan di berbagai cuaca sehingga kestabilan proses pengomposan terjaga dan memberikan pertukaran udara yang bagus karena oksigen merupakan hal penting bagi pengomposan aerob. Selain itu, Composting Bag menjadi solusi untuk lahan yang sempit.
Publisher
Institute of Research and Community Services Diponegoro University (LPPM UNDIP)