Abstract
The stigmatization of PLWHA persists, causing it difficult for PLWHA to participate in social activities. Due to prejudice, intimidation, and neglect, self-exploration is inhibited for HIV-positive individuals, particularly adolescents. As PLWHA, adolescents must be able to learn and develop their resilience to survive in challenging conditions and times. Therefore, this study aims to determine the resilience profile of adolescents affected with HIV/AIDS in Salatiga City. The methodology employed is qualitative and phenomenologically descriptive. The participants were two adolescents in their late 20s who were infected with the HIV/AIDS virus and resided in Salatiga City. Interviews, observations, and data triangulation were used to collect information. The results indicated that the resilience of PLWHA adolescents was correlated with their capacity to respond to problems healthily and effectively. The resilience-building processes of the two PLWHA adolescents share similarities. This was evident from the two PLWHA adolescents' emotional regulation, impulse control, optimism, problem-solving skills, empathy, self-efficacy, and accomplishment. In addition to elements, the two PLWHA adolescents experienced a variety of characteristics that affect resilience, including spirituality, self-esteem, and social support. Despite specific disparities in creating resilience, it is evident that the two adolescents living with HIV are already resilient since they can adjust to their conditions as PLWHA and continue to live productive lives as late adolescents.
Abstrak: Stigmatisasi pada ODHA masih terus terjadi, sehingga sering kali individu ODHA merasa sulit untuk hidup di tengah kehidupan sosial. Individu ODHA khususnya remaja juga mengalami problematika mental yang sengat berat ketika ada dalam lingkungan sosial, sehingga eksplorasi diri menjadi terhambat karena adanya dikriminasi, intimidasi, dan pengabaian. Sebagai ODHA, individu remaja harus bisa belajar dan membentuk sarana diri berupa kemampuan resilien, agar dapat bertahan di situasi dan masa-masa sulit. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi secara mendalam mengenai gambaran resiliensi pada remaja yang terjangkit virus HIV/AIDS di Kota Salatiga. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan desain deskriptif fenomenologi. Partisipan yang terlibat sebanyak 2 remaja akhir usia 20 tahun yang terjangkit virus HIV/AIDS dan tinggal di Kota Salatiga, dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi remaja ODHA berhubungan dengan bagaimana mereka dapat merespon setiap permasalahan secara sehat dan produktif. Kedua remaja ODHA memiliki kemiripan dalam proses pembentukan resiliensi. Hal ini tampak dari bagaimana kedua remaja ODHA dapat memenuhi aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian. Selain aspek, kedua remaja ODHA juga mengalami berbagai faktor yang membentuk resiliensi, yaitu spiritualitas, harga diri, dan dukungan sosial. Meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam proses pembentukan resiliensi, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa kedua remaja ODHA sudah resilien karena dapat beradaptasi dengan kondisi mereka sebagai ODHA serta tetap produktif menjalani hidup mereka sebagai individu remaja akhir.
Publisher
Health, Utan Kayu Publishing