Author:
Ardiansyah Mochammad Zaka
Abstract
Artikel ini mengungkap bahwa dalam merespons diskriminasi beragama yang menimpanya selama belajar di lembaga pendidikan, pemuda Aboge tak menerimanya dengan pasrah. Alih-alih diam dan menerima menjadi sasaran labeling heresy di lembaga pendidikan, pemuda Aboge mengembangkan beragam survival tactics dan meresponsnya dengan melakukan mimikri dan perlawanan diam. Bentuknya, pertama, melakukan mimikri dalam multiple identity, antara NU dan Aboge. Kedua, berpura-pura sedang menstruasi sebagai bentuk kamuflase di pesantren namun diam-diam salat dan baru memulai puasa Ramadan ala Aboge keesokan harinya. Ketiga, berpura-pura melakukan ibadah sunah untuk mengesankan keesokan harinya dirinya telah mulai “puasa wajib” Ramadan bersama mayoritas. Artikel ini adalah hasil penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam yang menempatkan mimikri Homi K. Bhabha dan perlawanan diam James C. Scott sebagai teori, dan pos kolonial sebagai pendekatan. Hasil studi ini mengungkap bahwa meski salah seorang pemuda Aboge belajar di tengah lanskap komunitas ordinat kampus Muhammadiyah, ia tak menjadi obyek subordinat. Mereka melakukan kamuflase dengan mimikri menggunakan identitas ordinat Muhammadiyah serta memanfaatkan in-between space untuk dapat survive. Nampaknya, pemuda Aboge justru menciptakan ruang baru dengan mengkonstruksi identitas lain secara artifisial, yakni mimikri dengan identitas NU sebagai taktik bertahan. Kertas kerja ini menghasilkan sebuah implikasi penting dalam studi poskolonial, yakni ruang ketiga yang berbeda dengan in-between space yang ditawarkan Homi K. Bhabha. Ruang ketiga yang diciptakan pemuda Aboge adalah ruang identitas baru yang tak mengadopsi identitas kultural penjajah dan terjajah, karena pemuda Aboge meminjam identitas NU untuk melakukan mimikri saat menghadapi sang ordinat.
Publisher
State Islamic University (UIN) of Sunan Ampel
Cited by
1 articles.
订阅此论文施引文献
订阅此论文施引文献,注册后可以免费订阅5篇论文的施引文献,订阅后可以查看论文全部施引文献