Abstract
Penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui persepsi, kebutuhan dan tantangan implementasi “Merdeka Belajar, Kampus Merdeka” terkhusus bagi perguruan tinggi swasta di wilayah Perbatasan atau 3T (terdepan, terluar, tertinggal) mengingat kondisi perbatasan atau 3T di Indonesia didominasi dengan ketimpangan infrastruktur pendidikan yang kurang memadai. Wilayah perbatasan yang dimaksud salah satunya adalah Kabupaten bengkayang, Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memperoleh data yang bersifat deskriptif, sedangkan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian diperoleh melalui observasi, studi pustaka kuesioner dan wawancara yang dilakukan kepada para responden, meliputi pimpinan perguruan tinggi, unit pengembangan kurikulum perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa. Adapun responden yang diambil adalah pemangku kepentingan internal kampus di dua perguruan tinggi swasta yang ada di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat, yakni Institut Shanti Bhuana dan Akademi Manajemen Bumi Sebalo. Teknik pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dari masing-masing perguruan tinggi swasta yang berada di Kabupaten Bengkayang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan kebijakan, program, kegiatan, telah sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan, meskipun masih ada beberapa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini kesulitan yang dihadapi oleh perguruan tinggi di wilayah perbatasan adalah infrastruktur yang belum memadai. Setiap program maupun bentuk kegiatan pembelajaran harapannya mampu menjawab permasalahan pendidikan khususnya di wilayah perbatasan, sehingga mahasiswa di daerah juga mampu bersaing dalam dunia kerja.
Cited by
2 articles.
订阅此论文施引文献
订阅此论文施引文献,注册后可以免费订阅5篇论文的施引文献,订阅后可以查看论文全部施引文献