Author:
ASa Zulkarnain,Wikantaria Ria,Mochsen Sira Moh.,Harisaha Afifah,Mufti Radja Abdul
Abstract
Rumah tradisional Duri berada di kawasan Duri Kompleks Kabupaten Enrekang. Secara visual bentuk rumah tradisional Duri terkesan rumah yang sangat besar, hal ini dikarenakan penggunaan atap yang menjulang tinggi dan batas bawah hampir sejajar dengan jendela. Seiring dengan perkembangan dan kebutuhan akan ruang akhirnya kebanyakan masyarakat Duri membangun rumahnya minimal tiga lantang (petak). Rumah tradisional Duri memiliki banyak arti makna filosofi yang diambil dari penafsiran masyarakat terhadap fenomena alam dan tradisi adat turun menurun dari nenek moyang mereka. Namun seiring dengan perkembangan zaman sebagian besar masyarakat Duri justru tidak mengetahui makna dari filosofi rumah tradisional mereka sendiri. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji salah satu elemen pembentuk dari rumah yakni spasial (ruang) horizontal dan vertikal dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian berada di Desa Kendenan Kecamatan Baraka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna filosofi spasial horizontal berdasarkan pada pembedaan gender, yang terbagi atas tiga bagian ruang yakni ruang depan (lantang olo) sebagai ruang publik dikhususkan untuk para anggota keluarga laki-laki, ruang tengah (lantang tangnga) sebagai ruang semi publik untuk anggota keluarga perempuan dan ruang belakang (lantang boko’) sebagai ruang privat untuk kepala keluarga beserta istri. Adapun makna filosofi spasial vertikal berdasarkan pada pandangan kosmologi, yang juga terbagi atas tiga bagian ruang yakni bawah atau kolong rumah (bala bola) sebagai manifestasi hubungan manusia dengan alam, badan rumah (kale bola) sebagai manifestasi hubungan manusia dengan manusia dan atap rumah (dea bola) sebagai manifestasi hubungan manusia dengan pencipta semesta.
The traditional Duri house is in the Duri area of the Enrekang Regency complex. Visually the shape of a traditional Duri house impressed a substantial house, and this was due to the use of towering roofs and the lower border almost parallel to the window. Along with the development and the need for space, most of the Duri people built their houses at least three yards (plot). Traditional houses of Duri have many meanings of philosophical meanings taken from people's interpretations of natural phenomena and traditional traditions descending from their ancestors. But along with the development of the times, most Duri people did not know the meaning of their traditional home philosophy. So from that, the purpose of this study is to examine one of the forming elements of the house, namely horizontal and vertical spatial (space) using qualitative descriptive research methods. The research location is in Kendenan Village, Baraka District. The results of this study indicate that the horizontal spatial philosophical meaning is based on gender differentiation, which is divided into three parts, namely the front room (loud olo) as public space specifically for male family members, middle space (lantang tangnga) as semi-public spaces for female family members and back room (lantang boko ') as a private space for the head of the family and his wife. The vertical spatial philosophical meaning is based on the view of cosmology, which is also divided into three parts namely space under or under the house (bala bola) as a manifestation of human relations with nature, the body of the house (kale bola) as a manifestation of human relations with humans and roofs (dea ball) as a manifestation of human relations with the creator of the universe.
Publisher
Universitas Sumatera Utara
Cited by
1 articles.
订阅此论文施引文献
订阅此论文施引文献,注册后可以免费订阅5篇论文的施引文献,订阅后可以查看论文全部施引文献