Abstract
Radikalisme agama saat ini menjadi momok yang menghantui masyarakat karena berpotensi memantik konflik horizontal. Fenomena ini seringkali menimbulkan beberapa gejala vital, salah satunya yaitu pemahaman agama yang berat sebelah atau bahkan berseberangan antara dogma dan sains. Lantas apa saja upaya yang dapat dilakukan oleh para intelektual? Dalam hal ini, Amin Abdullah telah merumuskan suatu konsep epistemologis yang menengahi konflik antara agama dan sains, yaitu integrasi-interkoneksi. Konsep integrasi-interkoneksi ini berusaha menciptakan dialog antar ilmu pengetahuan yang saling melengkapi sehingga menciptakan sinergi. Konsep integrasi-interkoneksi dapat menjadi salah satu metode dan landasan epistemologis yang membantu upaya pencegahan radikalisme. Artikel ini menjabarkan peran dan pentingnya pemahaman konsep integrasi-interkoneksi dalam upaya deradikalisasi.
Publisher
UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri
Reference42 articles.
1. Abdullah, M. A. (2012). Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif (3rd ed.; M. A. Abdushomad, Ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2. Abdullah, M. A. (2020). Dinamika Islam Kultural. In E. A. Iyubenu & Rusdianto (Eds.), Dinamika Islam Kultural (1st ed., p. 96). Yogyakarta: IRCiSoD.
3. Adrian, & C, M. P. B. (2021). Analisis Aksi Lone Wolf Terrorism: Penangkapan Abu Arkam di Kabupaten Berau. Jurnal Pena Wimaya, 1(1), 6. Retrieved from http://www.jurnal.upnyk.ac.id/index.php/jpw/article/view/4636
4. Arifin, S., & Bachtiar, H. (2013). Deradikalisasi Ideologi Gerakan Islam Transnasional Radikal. Harmoni, 12(1), 21. https://doi.org/10.24252/vp.v1i1.8099
5. Asrori, S. (2019). Prisonisasi dan Penyebaran Ideologi Radikal. Mimbar Agama Budaya, 36(1), 39–56. https://doi.org/10.15408/mimbar.v36i1.13184