Abstract
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan gejala atau komplikasi dari aliran balik isi lambung ke arah esofagus sampai ke rongga mulut dan dapat juga mengiritasi saluran pernapasan. Tingkat keparahan dari GERD ditentukan oleh durasi paparan esofagus dan organ lainnya oleh asam lambung. Durasi paparan tersebut dipengaruhi oleh kemampuan pengosongan esofagus. Proton pump inhibitor (PPI) masih dianggap sebagai terapi empiris yang superior dibandingkan terapi lain untuk mengatasi gejala GERD. Terdapat beberapa isu terkait penggunaan PPI yang menyebabkan kekhawatiran dalam pemberian terapi PPI di masa pandemi Covid-19, seperti yang menyatakan bahwa penggunaan PPI berisiko meningkatkan keparahan pneumonia, berpotensi menyebabkan terjadinya secondary infection, hingga terjadinya ARDS. Sejauh terapi dengan PPI telah dinilai dengan seksama melalui penilaian risiko yang menyeluruh, penggunaan PPI selama masa pandemi Covid-19 dapat dilakukan pada indikasi yang sesuai menggunakan dosis efektif terendah untuk mencapai kontrol pH lambung dan kualitas hidup yang baik pada penderita GERD.
Reference14 articles.
1. World Health Organization (WHO). Coronavirus Disease (Covid-19): Global Epidemiological Situation. Available from https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports cited Oct 16th 2020.
2. World Health Organization (WHO). Coronavirus Disease (Covid-19) Indonesia Situation Report–29. Available from https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/who-situation-report-29.pdf?sfvrsn=9cef81ce_2 cited Oct 16th 2020.
3. Clarrett DM & Hachem C. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Mo Med. 2018 115(3):214–8.
4. Hapsari FCP, Putri LA, Rahardja C, Utari AP, Syam AF. Prevalence of Gastroesophageal Reflux Disease and its Risk Factors in Rural Area. The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy 2017;18(1): 9-14.
5. Yang L and Tu L. Implications of Gastrointestinal Manifestations of Covid-19. Lancet Gastroenterol Hepatol. 2020;5(7):629–30.