Author:
Soemanto RB. -,, Sudarto,, Sudarsana
Abstract
<div class="WordSection1"><p align="center"><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>The National Development of Indonesia aimed to improve people’s welfare based on social justice. Transparency International survey (STI) stated Indonesia is one of the top corruption countries in the world. Corruption has been widespread and carried out by all elements of society, including public officials (Djulianto, 2009). The government of Indonesia combat to corruption by implementing Anti coruption Act, the government also building The commission for combating corruption to enforce the execution of corruption eradication program. Effectiveness execution of the program need contribution of community participation. Research question is: “how do community understand and responding to corruption?”. This research use combination of quantitative and qualitative method of data collection. Locations of research are the District of Klaten, Surakarta and Sragen. Area samples of the research are: the Village of Kedungan from Klaten district; gabugan from District of Sragen, and Kerten from the Municipality of Surakarta. The sample of respondents are systematically selected by proportional random sampling technique. The quantitative data are collected by structured interviewing techniques. These data are analyzed by applying correlation technique. Qualitative data are collected by using depth interview and FgD technique; analysis of the data apply descriptive qualitative methods. combination of quantitative and qualitative data analysis are executed to get a complementary of final data. Results of research showed that the villagers from the district of Klaten, Surakarta and Sragen have knowledge, attitude and a heightened awareness of the corruption that cost the state and society. The characteristics of corruption, resources and its consequences are well understood. X2 test result by 19,12 and sigificant at 99% confidence level (0.01 alpha). The Correlation between response and attitudes towards corruption is significantly stated (coefficient contingensi 0,247), at 0.01 alpha. Means, that the corelation between attitudes and corruption also significantly response (rs coefficient of 0.301) at the 99% confidence level (0.01 alpha). corruption as an improper act, the more people oppose it, the greater the support for the government’s efforts to combat corruption. Rate R of 0.552 shows the correlation between the response to the level of knowledge, attitude, and it has significantly levels of consciousness. Generally stated that the community has knowledge of corruption, great attitude and awareness as well as having a positive response to support the (government) to eradicate corruption.</em></p><p><strong><em>Keywords: </em></strong><em>Knowledge, Attitudes, Awareness, Response, Eradication to corruption</em></p><p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p>Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan keadilan sosial. Survei Transparency International (TI) menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara paling korup di dunia. Korupsi telah meluas dan dilakukan oleh semua elemen masyarakat, termasuk pejabat publik (Djulianto, 2009). Pemerintah Indonesia memerangi korupsi dengan menerapkan Undang-Undang Antikorupsi, di samping membangun Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) untuk menegakkan pelaksanaan program pemberantasan korupsi. efektivitas pelaksanaan program membutuhkan kontribusi dari partisipasi masyarakat. Pertanyaan penelitian adalah: “bagaimana masyarakat memahami dan menanggapi korupsi?” Pertanyaan penelitian : “bagaimana pengetahuan, sikap, kesadaran dan respon masyarakat terhadap korupsi ?”. Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dalam pengumpulan data. Lokasi penelitian di Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen dan Kota Surakarta. Sampel wilayah kabupaten/kota terpilih desa sampel : Kedungan, Kecamatan Pedan di Kabupaten Klaten, desa Gabugan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, dan Kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan, di Kota Surakarta. Sampel renponden dari desa/kelurahan ditentukan secara sistematik proporsional random, masing-masing desa terpilih 100 orang. Pengumpulan data kuantitatif digunakan teknik wawancara terstruktur. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan teknik korelasi. Data kualitatif dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam dan FGD. Hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif dibahas bersama untuk mendapatkan data yang saling melengkapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat desa di Kabupaten Klaten, Sragen serta kota Surakarta memiliki pengetahuan, sikap dan kesadaran yang tinggi tentang tindak korupsi yang merugikan negara dan masyarakat. Ciri-ciri tindak korupsi, sumber dan akibatnya dipahami dengan baik dan lengkap. Hasil uji X2 sebesar 19, 115 dan sigifikan pada taraf kepercayaan 99% (alpha 0,01). Hubungan sikap dengan tanggapan terhadap tindak korupsi dengan koefisien contingensi 0,247, signifikan pada alpha 0,01.Artinya, hubungan sikap dengan respon terhadap tindak korupsi memiliki koefisien korelasi (rs) 0,301 dan signifikan pada tingkat kepercayaan 99% (alpha 0,01). Korupsi sebagai perbuatan tidak benar, semakin masyarakat menentangnya semakin mendukung upaya pemerintah untuk memberantas korupsi. Angka R sebesar 0,552 menunjukkan bahwa korelasi antara respon masyarakat dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan tingkat kesadaran adalah kuat. Artinya, secara umum dinyatakan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan mengenai korupsi, sikap dan kesadaran yang besar serta memiliki respon positif untuk mendukung upaya (pemerintah) menanggulangi korupsi.</p></div><strong>Kata kunci </strong>: Pengetahuan, Sikap, Kesadaran, Respon, Pemberantasan Korupsi
Publisher
Universitas Sebelas Maret