Author:
Pratamarta Meliasi Nora,Nurdan Jon Hendri
Abstract
The problem of drug shortages, where medications are unavailable or difficult to obtain, can significantly impact public health and disrupt the national health insurance system (JKN). This study aims to address this issue by developing the MELIASI (Multiple Link Collaboration) application as a collaborative solution among health facilities within a district. The research method used is qualitative, employing in-depth interviews with stakeholders involved in drug procurement management. The results show that weak collaboration among health facilities leads to suboptimal utilization of available drugs. The MELIASI application, still in the prototype stage, is expected to optimize drug distribution by leveraging surplus stocks from other health facilities. Implementing this application can reduce procurement wait times from an average of 7-14 days to just 2-3 days, enhance distribution efficiency, and ensure better drug availability across various health facilities. This study makes a significant contribution to pharmaceutical information management and offers a model that can be applied in other regions to improve drug availability. Additionally, the findings indicate that digital technology in drug procurement management can provide innovative solutions to address drug shortages and enhance overall public health.
Abstrak: Masalah kekosongan obat adalah kondisi di mana obat tidak tersedia atau sulit didapatkan, yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat dan mengganggu sistem penjaminan kesehatan nasional (JKN). Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan aplikasi MELIASI (Multiple Link Kolaborasi) sebagai solusi kolaboratif antar fasilitas kesehatan di suatu wilayah kabupaten. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik wawancara mendalam terhadap stakeholder terkait manajemen pengadaan obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi yang lemah antar fasilitas kesehatan menyebabkan tidak optimalnya penggunaan obat yang tersedia. Aplikasi MELIASI, yang masih dalam tahap prototipe, diharapkan dapat mengoptimalkan distribusi obat dengan memanfaatkan stok berlebih dari fasilitas kesehatan lain. Implementasi aplikasi ini dapat mengurangi waktu tunggu pengadaan obat dari rata-rata 7-14 hari menjadi hanya 2-3 hari, meningkatkan efisiensi distribusi, dan memastikan ketersediaan obat yang lebih baik di berbagai fasilitas kesehatan. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam manajemen informasi kefarmasian dan menawarkan model yang dapat diterapkan di daerah lain untuk meningkatkan ketersediaan obat. Hasil ini juga menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital dalam manajemen pengadaan obat dapat memberikan solusi inovatif untuk mengatasi masalah kekosongan obat dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Publisher
Health, Utan Kayu Publishing
Reference42 articles.
1. Ansoff, H. I., Avner, J., Brandenburg, R. G., Portner, F. E., & Radosevich, R. (1970). Does planning pay? The effect of planning on success of acquisitions in American firms. Long Range Planning, 3(2), 2–7. https://doi.org/10.1016/0024-6301(70)90001-4
2. Azrul, A., & Azwar. (2006). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar Harapan.
3. Badan Litbangkes. (2010). Laporan Penelitian Ketersediaan Keterjangkauan dan Peresepan Obat Generik & Esensial. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
4. Badan Litbangkes. (2010). Laporan Penelitian Ketersediaan, Keterjangkauan dan Peresepan Obat Generik & Esential.
5. Boell, S. K., & Cecez-Kecmanovic, D. (2015). On being ‘systematic’ in literature reviews in IS. Journal of Information Technology, 30(2), 161-173.