Abstract
Beberapa pengamat melihat gejala hijrah sebagai manifestasi corak keagamaan konservatif dan fundamentalis yang dikhawatirkan membawa agenda terselubung berupa ideologi Islam politik. Artikel ini berargumen bahwa fenomena hijrah merupakan ekspresi keagamaan kultural, yang bergerak ke wilayah budaya populer dan Islam tengahan. Secara historis, kelahiran wacana hijrah punya pertautan dengan kelompok islamisme fundamentalis yang menjadikan hijrah sebagai doktrin kunci perjuangan ideologi Islam. Namun komunitas hijrah kontemporer bertransformasi bersamaan dengan arus modernisasi dan globalisasi, memudarnya daya tarik islamisme dan organisasi keagamaan mainstream. Gerakan hijrah dengan menggunakan media sosial, mampu membingkai dan merebut makna baru hijrah sebagai upaya transformasi diri dari kehidupan yang kurang islami menjadi lebih islami atau sebagai pertaubatan diri. Gerakan hijrah juga mampu menyerap aspirasi populer di kalangan anak-anak muda perkotaan yang mengalami moral panic.
Reference55 articles.
1. Abbas, Syarif El, dan Saifuddin Zuhri Qudsy. “Memahami Hijrah Dalam Realitas Alquran Dan Hadis Nabi Muhammad.” Jurnal Living Hadis 4, no. 2 (27 November 2019): 277–307. https://doi.org/10.14421/livinghadis.2019.2021.
2. Abubakar, Carmen A. “MNLF Hijrah: 1974–1996.” Asian and Pacific Migration Journal 8, no. 1–2 (1 Maret 1999): 209–21. https://doi.org/10.1177/011719689900800112.
3. Ahmad, Munawar, Ustadi Hamzah, Singgih Basuki, Siswanto Masruri, dan Hayadin Hayadin. “Struktur Kesucian, Hijrah dan Ruang Queer: Analisa Terhadap Perilaku Mahasiswa Bercadar.” EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 17, no. 3 (14 Desember 2019). https://doi.org/10.32729/edukasi.v17i3.576.
4. Aldridge, Alan. Religion in the Contemporary World. Cambridge: Polity, 2008.
5. Al-Faruqi, Isma’il R. “Towards a Historiography of Pre-Hijrah Islam.” Islamic Studies 1, no. 2 (1962): 65–87.