Abstract
This study examines the notable expansion of Indonesian churches in urban areas, particularly in relation to the Pentecostal-Charismatic movement and its subsequent metamorphosis into megachurches. This phenomenon has become indisputable in the modern church's image, giving it a unique symbolism in the culture at large. With their expressive worship styles, vibrant environments, modern music, expansive stages, and inspirational sermons, these churches provide a distinctive religious experience. Even though this movement is gaining traction and expanding quickly, the research also draws attention to the idea that megachurches are a kind of religious commodification that may be more designed to appeal to the general public. As a result, the purpose of this study is to determine whether this transformation is only on the surface or if it includes comprehensive changes in the structure and essence of the church. The research method used is phenomenology, and theologically, this research finds a strong foundation for this movement in the Bible. The findings of this study show that, despite the criticism leveled at it, the megachurch movement has had a positive impact on the spiritual growth of its congregation, demonstrating that the megachurch phenomenon is not only superficial, but also includes a profound transformation in their spiritual experience.Keywords: pentecostal-charismatic movement; spirituality; megachurch; IndonesiaAbstrakPenelitian ini mengeksplorasi pertumbuhan gereja yang signifikan di daerah perkotaan di Indonesia, khususnya dalam konteks gerakan Pentakostal-Kharismatik yang kemudian mengalami transformasi menjadi gereja raksasa atau megachurch. Fenomena ini menjadi tak terbantahkan dalam gambaran gereja kontemporer, menciptakan simbolisme khas dalam masyarakat modern. Gereja-gereja ini menawarkan pengalaman religius yang unik dengan gaya ibadah ekspresif, suasana yang aktif, musik kontemporer, panggung yang megah, dan khotbah motivasional. Meskipun gerakan ini mendapat dukungan dan pertumbuhan pesat, penelitian ini juga menyoroti kritik terhadap konsep gereja mega sebagai komodifikasi agama yang mungkin lebih ditujukan untuk menarik massa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menelusuri apakah transformasi ini hanya terjadi di permukaan atau mencakup perubahan menyeluruh dalam struktur dan esensi gereja. Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi, dan secara teologis, penelitian ini menemukan dasar yang kuat dalam Alkitab untuk gerakan ini. Hasil penelitian ini merinci bahwa, di samping kritik yang muncul, gerakan ini memiliki dampak positif dalam pertumbuhan spiritual para jemaatnya, menunjukkan bahwa fenomena gereja raksasa tidak hanya bersifat permukaan, tetapi mencakup transformasi yang mendalam dalam pengalaman rohaniah mereka.Kata Kunci: Gerakan Pentakostal-Kharismatik; Spiritualitas; Megachurch; Indonesia
Publisher
Sekolah Tinggi Teologi Real, Batam
Reference38 articles.
1. Adiprasetya, Joas. Gereja Pengembara, Gereja Sahabat Dalam Ecclesia in Transitu. Edited by Meitha Sartika and Hizkia Anugerah Gunawan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.
2. Allit, Patrick. Religion in America since 1945 : A History. New York: Columbia University Press, 2003.
3. Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
4. Barrett, David B., and Todd M. Johnson. Annual Statistical Table on Global Mission: International Bulletin of Missionary Research, 1999.
5. Battista, Andrew. "After the Garden Is Gone: Megachurches, Pastoral, and Theologies of Consumption." disClosure: A Journal of Social Theory 19 (2010): 83-96.